
Saat ini semua orang berbicara mengenai disrupsi atau disruption, dan bagaimana generasi tertentu berperan dalam menjadikannya nyata di Indonesia. Penamaan generasi dilakukan dan diucapkan secara serampangan oleh banyak dari kita dewasa ini.
Tapi, apakah sebenarnya kita mengetahui sejarah dari penamaan generasi tersebut? Peristiwa-peristiwa apa yang mempengaruhi penamaan generasi tersebut? Bagaimana kita memaknai labelisasi generasi ini? Tulisan ini akan membantu kita semua memahami asal usul dari penamaan generasi yang hampir setiap hari dibahas di dunia digital maupun nyata.
Baby Boomers (1946–65)

Generasi ini dimulai dari mereka yang lahir setelah perang dunia ke-2, yaitu 1946 hingga 1965. Baby boom secara literal berarti ledakan bayi, ini karena pasca perang dunia ke-2 angka kesuburan manusia dan kelahiran bayi sangat tinggi. Hingga akhirnya pada 1964 pil pengontrol kehamilan diperkenalkan dan populer di dunia hingga mempengaruhi ledakan bayi secara signifikan dan mengakhiri fenomena tersebut.
Banyak baby boomers yang akrab dengan kultur hippies akibat dinamika kultur yang terjadi di tahun 60an. Dinamika kultur tersebut mempengaruhi pandangan politik, fashion, literatur, film, dan filosofi generasi baby boomer.
Generasi X (1965–80)

Di masa ini, tingkat kelahiran bayi jauh lebih rendah daripada ketika di periode baby boomers. Oleh karena itu, banyak orang sempat menyebut generasi ini dengan nama baby busters yang bermakna berlawanan dengan baby boomers. Namun, label generasi X-lah yang akhirnya bertahan hingga sekarang. Label ini diambil dari novel yang sangat populer berjudul “Generation X: Tales for An Accelerated Culture” ditulis oleh Douglas Coupland asal Kanada.
Douglas pernah ditasbihkan sebagai juru bicara generasi X, tapi dia menolak. Di tahun 1991, Douglas berkata pada Boston Globe bahwa melalui novelnya ia ingin menunjukkan bagaimana masyarakat yang lahir setelah tahun 60an memandang sesuatu. Dinamika kultur young urban professional (yuppie) atau eksekutif muda yang bekerja di kota sangat populer di generasi X. Para yuppies memiliki orientasi yang kuat dalam menaiki tangga karier mereka di usia muda.
Generasi Y atau Millennials (1981–1995)

Generasi Y atau millennials merupakan mereka yang dibesarkan dengan nilai-nilai bahwa mereka istimewa, bisa menjadi apa saja, optimistis, percaya diri, dan hebat bekerja dalam tim. Mereka disebut demikian karena mereka memasuki usia dewasa di periode milenium baru.
Generasi Z atau iGen (1995–2012)

Gen Z atau iGen tidak ingin disamakan dengan generasi Y karena karakteristik mereka cukup berbeda. Banyak dari mereka tumbuh besar dengan iPhone atau perangkat pintar semacamnya, dan hal ini tidak terjadi pada para millennials.
Istilah iGen sendiri diambil dari buku yang ditulis oleh Jean M. Twenge berjudul “iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy — and Completely Unprepared for Adulthood”. Ia percaya bahwa kebiasaan iGen yang menghabiskan waktu lebih banyak di depan layar gadget ketimbang berinteraksi langsung dengan manusia lain membuat mereka berpotensi sulit untuk bahagia dan menjadi lebih pesimistis dibanding generasi pendahulunya.
Pada akhirnya, penamaan generasi memang menarik untuk dipelajari oleh siapapun dari generasi manapun untuk lebih mengenal karakteristik masing-masing. Tidak kalah penting adalah memahami peristiwa atau sejarah yang mempengaruhi seseorang dari generasi tertentu bersikap dan mencari cara untuk menyesuaikan diri kita dengan mereka. Terlepas generasi manapun kita, yang terpenting dari semuanya adalah selalu berusaha menjadi manusia yang baik dan berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar